Minggu, 28 Oktober 2007

PEMIMPIN PILIHAN UMMAT

Tidak bisa dipungkiri bahwa pemimpin yang telah berhasil memimpin rakyatnya menuju kejayaan dan peradaban yang mulia adalah para nabi dan rasul pilihan Allah. Sejarah telah membuktikan bahwa berkat kepemimpinan para nabi dan rasul tertsebutlah sehingga generasi sekarang juga dapat mengenal kehidupan.

Mendekati pergantian kepala pemerintahan provinsi Sulawesi Selatan, kelompok kepentingan mulai sibuk menjalankan strateginya dalam menentukan siapa yang layak untuk menjadi pemimpin di Sulawesi Selatan.

Diskusi digelar untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan gubernur. Biasanya orang mulai ribut ketika pembahasan tiba pada tahap format pemilihan dan kriteria calon. Keributan pada tahap format pemilihan (langsung atau tidak langsung) tentu disebabakan kekhawatiran terjadinya politik uang. Kelompok pendukung reformasi khawatir akan terjadi jual beli suara dalam pemilihan gubernur. Sedangkan pada tahap penenetuan kriteria, keributan dipicu pada keinginan orang untuk membuat dan menentukan kriteria sesuai dengan calonnya. Sekiranya kriteria dianggap menghadang calonnya, maka orang akan berusaha menggugurkan kriteria tersebut. Disinilah kelompok pro reformasi dan anti reformasi biasanya mengalami konflik kepentingan, dan tidak jarang terjadi gaya-gaya premanisme dalam konflik tersebut.

Menentukan kriteria memang merupakan pekerjaan yang tidak gampang karena sangat sulit untuk mencari rujukan konsep dan teori yang bisa diterima dan mewakili aspirasi seluruh kelompok kepentingan. Kadangkala teori yang dijadikan rujukan dalam menentukan kriteria sifatnya sangat konseptual sehingga sulit dilaksanakan dilapangan. Ini tentu dapat dimaklumi karena yang membuat teori dan konsep tersebut adalah nmanusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan.

Jika demikian, maka dalam menentukan kriteria calon pemimpin, sebaiknya kita merujuk pada konsep yang telah dibuat oleh zat yang tidak memiliki keterbatasan, yaitu Allah, dan alhamdulillah kriteria itu dapat dijumpai dalam kitab suci Al Qur’an.

Al Qur’an memberi petunjuk -secara tersurat atau tersirat- dalam berbagai aspek kehidupan ummat manusia, ternasuk upaya menjawab pertanyaan yang lagi diributkan oleh masyarakat Sulawesi Selatan: “Siapakah yang layak kita pilih untuk memimpin Sulawesi Selatan”.

Dari celah ayat-ayat Al Qur’an ditemukan paling sedikit dua sifat pokok yang harus disandang oleh seseorang yang memikul suatu jabatan yang berkaitan dengan hak-hak masyarakat. Kedua hal tersebut hendaknya diperhatikan dalam menentukan pilihan.

“Sesungguhnya orang yang paling baik engkau tugaskan adalah yang kuat lagi terpercaya,”, demikian penegasan Allah yang diabadikan dalam Al Qur’an surah Al Qashash ayat 26. Di ayat lain, Allah juga mengabadikan suatu contoh pengangkatan seorang pejabat negara, sebagai kepala bidang logistik kerajaan Mesir, yaitu nabi Yusuf, as , yang pengangkatannya juga berdasarkan kedua sifat kuat dan terpercaya tadi. Raja kerajaan Mesir saat itu memilih nabi Yusuf, as, dengan pertimbangan “ Sesungguhnya engkau menurut penilaian kami adalah seorang yang kuat lagi terpercaya (QS. 12 : 54). Bahkan Allah SWT memilih Jibril sebagai pembawa wahyuNya, antara lain karena malaikat ini memiliki sifat kuat lagi terpercaya (QS. 82 : 19-21).

Dari ayat di atas secara terang-terangan Allah memberikan sifat yang sekaligus menjadi kriteria dalam menentukan siapa orang bisa diangkat menjadi pemimpin. Sifat dan kriteria itu adalah kuat lagi jujur atau terpercaya.

Sifat kuat dan jujur di sini memang masih sangat abstrak, tapi dapat menjadi jelas ketika mufassir bersepakat bahwa kriteria orang kuat yang dimaksud adalah kuat secara fisik (sehat jasmani), serta kuat karena didukung oleh mayoritas umat.

Mayoritas umat akan memberikan dukungan kepada seseorang yang memiliki sifat jujur lagi terpercaya. Masyarakat beriman sangat alergi dengan pemimpin yang memiliki sifat tidak jujur lagi tidak terpercaya. Kadangkala didengar orang berkata “ kejujuran itukan abstrak dan tidak bisa diukur “. Kata ini mungkin ada benarnya, namun setidaknya kejujuran seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain adalah gaya hidupnya. Jika seseorang bergaya hidup mewah dan kemewahan yang dipertontonkan, secara logis tidak sesuai dengan pendapatannya, maka orang tersebut cenderung tidak jujur dalam menjalankan amanah atau jabatan yang didudukinya. Orang tersebut cenderung memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri dan atau kelompoknya. Dan fenomena di sekeliling kita menunjukkan bahwa perilaku seperti ini justru mendominasi para pelaksana negara. Wajarlah jika survey membuktikan bahwa negara kita menempati peringkat pertama dalam hal korupsi.

Selain itu, kejujuran seseorang juga dapat dilihat dari segi kemampuan orang tersebut dalam menjalankan amanah yang diberikan. Amanah itu sendiri menurut Rasulullah yang salah satu artinya adalah kemampuan atau keahlian dalam jabatan yang akan dipangku. “ Amanah terabaikan dan kehancuran akan tiba bila jabatan diberikan kepada orang yang tidak mampu”, demikian penegasan Rasulullah.

Mengabaikan amanah satu diantaranya adalah memberikan jabatan kepada orang yang tidak layak memangku jabatan tersebut. Dan salah satu faktor yang berkorelasi dengan kemampuan dalam memangku jabatan adalah kolaborasi antara sifat kuat dengan jujur.
Tidak mudah memang mendapat orang yang menghimpun kedua sifat tersebut, tetapi jika kita terpaksa harus memilih maka pilihlah orang yang paling sedikit kekurangannya serta dilakukan dengan upaya yang bersungguh-sungguh.

Setiap kita boleh saja bahkan memiliki hak untuk menetapkan pertimbangan dan kriteria seseorang yang layak untuk dipilih jadi pemimpin, terutama anggota legislatif. Tetapi sebelum menetapkan pilihan maka camkanlah baik-baik sabda Rasulullah: “Siapa yang mengangkat seseorang untuk suatu jabatan yang berkaitan dengan masyarakat sedangkan dia mengetahui ada yang lebih tepat, maka sesungguhnya ia telah menghianati Allah, Rasul dan kaum Muslim”.