Minggu, 24 Agustus 2008

pemimpin pilihan umat

PEMIMPIN PILIHAN UMAT
Das’ad Latif
Dosen Ilmu Komunikasi Unhas

Sepanjang sejarah peradaban manusia, tidak bisa dipungkiri bahwa pemimpin yang telah berhasil memimpin ummatnya menuju kejayaan dan peradaban yang mulia adalah para Nabi dan Rasul pilihan Allah. Sejarah membuktikan bahwa berkat kepemimpinan para Nabi dan Rasul tersebutlah sehingga generasi sekarang juga dapat mengenal peradaban.
Mendekati pergantian kepala pemerintahan Kota Makassar, kelompok kepentingan dan partai politik mulai menjalankan strateginya. Kegiatannya terfokus pada penentuan siapa yang layak untuk menjadi pemimpin di Kota Makassar.
Diskusipun digelar untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan Walikota., dan biasanya orang mulai ribut ketika pembahasan tiba pada tahap format pemilihan dan kriteria calon. Keributan pada tahap format pemilihan (langsung atau tidak langsung) tentu disebabkan kekhawatiran terjadinya politik uang jika pemilihannya diserahkan hanya segelintir orang yang duduk diparlemen. Kelompok pendukung reformasi khawatir akan terjadi jual beli suara dalam pemilihan Walikota dengan sistem perwakilan di parlemen.
Sedangkan pada tahap penentuan kriteria, keributan dipicu pada keinginan orang untuk membuat dan menentukan kriteria sesuai dengan calonnya. Sekiranya kriteria dianggap menghadang calonnya, maka orang akan berusaha menggugurkan kriteria tersebut. Disinilah kelompok proreformasi dan anti reformasi biasanya mengalami konflik kepentingan, dan tidak jarang terjadi gaya-gaya premanisme dalam konflik tersebut.
Menentukan kriteria memang merupakan pekerjaan yang tidak gampang karena sangat sulit mencari rujukan konsep dan teori yang bisa diterima dan mewakili aspirasi seluruh kelompok kepentingan. Kadangkala teori yang dijadikan rujukan dalam menentukan kriteria sifatnya sangat konseptual sehingga sulit dilaksanakan di lapangan. Ini tentu dapat dimaklumi karena yang membuat teori adalah manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan.
Jika demikian, maka dalam menentukan kriteria calon pemimpin, sebaiknya kita merujuk kepada konsep yang telah dibuat oleh zat yang tidak memiliki keterbatasan, yaitu Allah swt, dan Alhamdulillah kriteria itu dapat dijumpai dalam kitab suci Alqur’an.
Alqur’an memberi petunjuk secara tersurat atau tersirat dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia, termasuk upaya menjawab pertanyaan yang lagi diributkan oleh masyarakat Kota Makassar: “Siapakah yang layak kita pilih untuk memimpin Kota Makassar?”.
Dalam celah ayat-ayat Alqur’an ditemukan paling sedikit dua sifat pokok yang harus disandang oleh seseorang yang memikul suatu jabatan yang berkaitan dengan hak-hak masyarakat. Kedua hal tersebut hendaknya diperhatikan dalam menentukan pilihan.
“Sesungguhnya orang yang paling baik engkau tugaskan adalah yang kuat lagi terpercaya.”, demikian penegasan Allah yang diabadikan dalam Alqur’an surah Al Qashash ayat 26. Di ayat lain, Allah juga mengabadikan suatu contoh pengangkatan seorang pejabat negara, sebagai kepala bidang logistik kerajaan Mesir, yaitu Nabi Yusuf, as, yang pengangkatannya juga berdasarkan kedua sifat kuat dan terpercaya tadi. Raja Kerajaan Mesir saat itu memilih Nabi Yusuf, as dengan pertimbangan “Sesungguhnya engkau menurut penilaian kami adalah seorang yang kuat lagi terpercaya (QS. 12:54). Bahkan Allah SWT memilih Jibril sebagai pembawa wahyu-Nya, antara lain karena malaikat ini memiliki sifat kuat lagi terpercaya (QS. 82:19-21).
Dari ayat di atas secara terang-terangan Allah memberikan sifat yang sekaligus menjadi kriteria dalam menentukan siapa orang bisa diangkat menjadi pemimpin. Sifat dan kriteria itu adalah KUAT lagi JUJUR atau terpercaya.
Sifat kuat dan jujur di sini memang masih sangat abstrak, tapi dapat menjadi jelas ketika mufassir bersepakat bahwa kriteria orang kuat yang dimaksud adalah kuat secara fisik (sehat jasmani), serta kuat karena didukung oleh mayoritas umat.
Mayoritas umat akan memberikan dukungan kepada seseorang yang memiliki sifat jujur lagi terpercaya. Masyarakat beriman sangat alergi dengan pemimpin yang memiliki sifat tidak jujur lagi tidak terpercaya. Kadang kala didengar orang berkata “kejujuran itu kan abstrak dan tidak bisa diukur”. Kata ini mungkin ada benarnya, namun setidaknya kejujuran seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain adalah gaya hidupnya. Jika seseorang bergaya hidup mewah dan kemewahan yang dipertontonkan, secara logis tidak sesuai dengan pendapatannya, maka orang tersebut cenderung tidak jujur dalam menjalankan amanah atau jabatan yang didudukinya. Orang tersebut cenderung memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri dan atau kelompoknya. Dan fenomena disekeliling kita menunjukkan bahwa perilaku seperti ini justru mendominasi para pelaksana negara. Wajarlah jika survey membuktikan bahwa negara kita menempati peringkat pertama dalam hal korupsi.
Selain itu, kejujuran seseorang juga dapat di lihat dari segi kemampuan orang tersebut menjalankan amanah yang diberikan. Amanah itu sendiri menurut Rasulullah yang salah satu artinya adalah kemampuan atau keahlian dalam jabatan yang akan dipangku. “Amanah terabaikan dan kehancuran akan tiba bila jabatan diberikan kepada orang yang tidak mampu”, demikian penegasan Rasulullah.
Mengabaikan amanah satu diantaranya adalah memberikan jabatan kepada orang yang tidak layak memangku jabatan tersebut. Dan salah satu faktor yang berkorelasi dengan kemampuan dalam memangku jabatan adalah korabolasi antara sifat kuat dengan jujur.
Tidak mudah memang mendapat orang yang menghimpun kedua sifat tersebut, tetapi jika kita terpaksa harus memilih maka pilihlah orang yang paling sedikit kekurangannya serta dilakukan dengan upaya yang bersungguh-sungguh.
Setiap kita boleh saja bahkan memiliki hak untuk menetapkan pertimbangan dan kriteria seorang yang layak untuk dipilih jadi pemimpin, terutama anggota legislatif. Tetapi sebelum menetapkan pilihan maka camkanlah baik-baik sabda Rasulullah: “Siapa yang mengangkat seseorang untuk suatu jabatan yang berkaitan dengan masyarakat sedangkan dia mengetahui ada yang lebih tepat, maka sesungguhnya ia telah mengkhianati Allah, Rasul dan kaum Muslim.” WALLAHU A’LAM.

Tidak ada komentar: